|
tugu dieng banjarnegara |
|
|
Tugu gilar-gilar semampir |
|
|
kantor bupati banjarnegara |
ka
SEJARAH BANJARNEGARA
B
A N J A R N E G A R A. kota yang sering disebut sebagai Kota Pensiunan
karena ketenangan, kenyamanan, dan keasriannya sebagai tempat tinggal,
ternyata mempunyai sejarah panjang yang seharusnya wajib diketahui oleh
setiap orang yang tinggal di dalamnya. Sejarah tentang apapun memang
unik. Semakin digali, semakin menarik ketika banyak sumber baru dan
fakta yang dapat ditemukan.
Dari fakta baru tersebut, bisa jadi memberi sudut pandang baru, tapi
bisa juga menguatkan versi sejarah yang sudah ada.. Berikut penelusuran
Derap Serayu mengenai sekelumit sejarah Banjarnegara yang diharapkan
bisa menjadi referensi kita untuk menghargai sejarah para pejuang
pendiri Banjarnegara. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghargai jasa para pahlawannya.
Riwayat berdirinya Kabupaten
Banjarnegara disebutkan bahwa seorang tokoh masyarakat yang bernama Kyai
Maliu sangat tertarik akan keindahan alam di sekitar Kali Merawu
selatan jembatan Clangkap. Keindahan tersebut antara lain karena
tanahnya berundak, berbanjar sepanjang kali. Sejak saat itu, Kyai Maliu
kemudian mendirikan pondok/rumah sebagai tempat tinggal yang baru.
Dari
hari ke hari kian ramai dengan para pendatang yang kemudian mendirikan
rumah disekitar tempat tersebut sehingga membentuk satu perkampungan.
Kemudian perkampungan yang baru dinamai “BANJAR” sesuai dengan daerahnya
yang berupa sawah yang berpetak-petak. Atas dasar musyawarah penduduk
desa baru tersebut Kyai Maliu diangkat menjadi Petinggi (Kepala desa),
sehingga kemudian dikenal dengan nama “Kyai Ageng Maliu Pertinggi
Banjar.
Keramaian dan kemajuan desa Banjar di bawah kepemimpinan
Kyai Ageng Maliu semakin pesat tatkala kedatangan Kanjeng Pangeran Giri
Wasiat, Panembahan Giri Pit, dan Nyai Sekati yang sedang mengembara
dalam rangka syiar agama Islam. Ketiganya merupakan putra Sunan Giri,
raja di Giri Gajah Gresik yang bergelar Prabu Satmoko. Sejak kedatangan
Pengeran Giri Pit, Desa Banjar menjadi pusat pengembangan agama Islam
dan menjadi desa Banjar.Karena kepemimpinannya itulah Desa Banjar
semakin berkembang dan ramai. Desa Banjar yangdidirikan oleh Kyai Ageng
Maliu inilah pada akhirnya menjadi cikal bakal Kabupaten
Banjarnegara(Disadur dari Buku Banjarnegara, Sejarah dan Babadnya,Obyek
Wisata dan Seni Budaya yang disusun oleh Drs. Adi Sarwono, disusun
kembali oleh Sekretariat Panitia HUT RI dan Hari Jadi ke-181
Banjarnegara 2012).
Berdasar Silsilah dan Sejarah Banyumas
Setelah
Adipati Manguntudo I wafat, disebutkan bahwa pengganti Bupati Banjar
Petambakan adalah puteranya yang bergelar R. Ngabehi Mangunyudo II, yang
dikenal dengan R. Ngabehi Mangunyudo Sedo Mukti.
Diera kepemimpinannya, Kabupaten dipindahkan ke sebelah Barat Sungai Merawu dengan nama Kabupaten Banjar Watu Lembu Pertama.
Pengganti
adalah R.T. Mangunsubroto yang memerintah Kabupaten Banjar Watu Lembu
(Banjar selo Lembu). R. Ngabei Mangunyudo II merupakan Bupati Banjar
Watu Lembu Pertama, yang kemudian digantikan oleh puteranya, bergelar
Kyai R. Ngabei Mangunyudo III yang kemudian berganti nama menjadi Kyai
R. Ngabei Mangunyudo, Bupati Anom Banjar Selolembu. Masih dari
sumberyang sama R. Ngabei Mangunbroto wafat karena bunuh
diri.Penggantinya adalah R.T.Mangunsubroto yang memerintah Kabupaten
Banjar Watulembu sampai tahu 1931. Karena Kabupaten Banjar Watulembu
sangat antipati terhadap Belanda, setelah perang Diponegoro di mana
kemenangan dipihak Belanda, Kabupaten Banjar Watulembu diturunkan
statusnya menjadi Distrik dengan dua penguasa yaitu R. Ngabei
Mangunsubroto dan R. Ng. Ranudirejo.
Berdasar silsilah R. Ngabei Banyakwide
Dalam
sumber sejarah disebutkan bahwa yang menggantikan Mangunyudo I adalah
R. Ngabehi Kenthol Kertoyudo yang kemudian bergelar R. Ngabehi
Mangunyudo II. Dalam perang Diponegoro lebih dikenal dengan R.
Tumenggung Kertonegoro III atau Mangunyudo Mukti.
Pada masa
pemerintahan, Kabupaten dipindahkan ke sebelah Barat Sungai Merawu dan
kemudian dinamakan Kabupaten “Banjar Watulembu”.
Sikap Adipati
Mangunyudo II yang sangat anti terhadap Belanda dan bahkan turut
memperkuat pasukan Diponegoro dalam perang melawan Belanda (di mana
perang tersebut berakhir dengan kemenangan di pihak Belanda), berakibat
R.Ngabei Mangunyudo II dipecat sebagai Bupati Banjar Watulembu, dan pada
saat itu pula status Kabupaten Banjar Watulembu diturunkan menjadi
Distrik dengan dua penguasa yaitu R. Ngabei Mangun Broto dan R. Ngabei
Ranudirejo.
Terlepas sumber yang benar, para pemimpin/Bupati
Banjar mulai Mangunyudo I sampai yang terakhir Mangunsubroto atau
Mangunyudo II, semua anti penjajah Belanda.
Kabupaten Banjarpetambakan
Kyai
Ngabehi Wiroyodo merupakan Bupati Banjar Petambakan pertama yang
memerintah pada kurang lebih tahun 1582 (melihat pendirian Pendopo
Kabupaten Banyumas di Kejawaran oleh Warga Hutomo II,yang merupakan
salah satu pecahan dari Kabupaten Wirasaba tercatat tahun 1582).
Namun
siapa pengganti Kyai Ngabei Wiroyudo sampai R. Ngabehi Banyakwide
diangkat sebagai Kliwon Banyumas yang bermukim di Banjar Petambakan
tidak diketahui, karena tidak ada/belum ditemukan sumber/catatan
tertulis. Ada kemungkinan Kabupaten Banjar Petambakan di bawah Kyai
Ngabei Wiroyuda tidak berkembang seperti halnya Kabupaten Merden yang
diperintah R. Ngabei Wirakusuma.Tidak demikian halnya dengan Kabupaten
Banyumas (Daerah Kejawar) di bawah pemerintahan R. Adipati Wargo Hutomo
II yang bertahan dan terus berkembang.
R. Banyakwide adalah putra
R. Tumenggung Mertoyudan (Bupati Banyumas ke 4). Dari sini terlihat
bahwa seama 3 (tiga) periode kepemimpinan Bupati di Kabupaten Banyumas
(setelah Wargo Hutomo II) sampai dengan Bupati ke 4 (R.T. Mertoyudo),
Kabupaten Banjar Petambakan tidak tercatat ada yang memerintah. Karena
cukup lama tidak ada yang memerintah, maka setelah diangkatnya R.
Banyakwide sebagai Kliwon Banyumas tetapi bermukim di Banjar Petambakan,
ada yang menyebut Banyakwide adalah Bupati Bajar Petambakan Pertama
setelah Pemerintahan Ngabehi Wiroyudo.
R. Banyakwide mempunyai 4 (empat) putra, yaitu : Kyai Ngabei Mangunyudo, R. Kenthol Kertoyudo, R. Bagus Brata, Mas Ajeng Basiah.
Sepeninggal
R. Banyakwide Kabupaten Banjar Petambakan diperintah oleh R. Ngabei
Mangunyudo I yang kemudian dikenal dengan julukan Hadipati Mangunyudo
sedo Loji (Benteng), karena beliau gugur di loji saat perang melawan
Belanda di Kertosuro.
Kebenciannya terhadap Belanda ditunjukan
sewaktu ada geger perang Pracino (pecinan) yaitu pemberontakan oleh
bangsa Tionghoa kepada VOC saat Mataram dipimpin Paku Buwono II.
R.
Ngabehi Mangunyudo I sebagai Bupati manca minta ijin untuk
menghancurkan Loji VOC di Kertasura. Paku Buwono II mengijinkan dengan
satu permintaan agar R. Ngabehi Mangunyudo tidak membunuh pasangan suami
istri orang Belanda yang berada di Loji paling atas.
Akhirnya
perangpun terjadi antara prajurit Mangunyudo I dengan pasukan VOC (tahun
1743). Melihat prajuritnya banyak yang tewas, Adipati Mangunyudo I
marah, seluruh penghuni Loji dibunuhnya, bahkan beliu lupa pesan Sri
Susuhunan Pakubuwono II. Melihat masih ada orang Belanda yang masih
hidup di bagian atas Loji, maka R.Mangunyudo I mengejar dan berusaha
membunuh pasangan suami istri Belanda, yang sebenarnya adalah Pakubowono
II dan Permasuri yang sedang menyamar. Merasa terancam jiwanya,
Pakubuwono II akhirnya membunuh Adipati Mangunyudo I yang sedang kalap
di Loji VOC tersebut. Sebab itulah Adipati Mangunyudo I dikenal dengan
Adipati Mangunyudo Sedo Loji.
Kabupaten Banjarnegara
Karena
selama perang Diponegoro dapat mengatasi pasukan Pangeran Diponegoro
yang dibantu oleh pasukan dari Kabupaten Banjarwatulembu yang dibantu
oleh pasukan Kabupaten (pada waktu itu terdapat ikatan perjanjian dengan
Ngabei di Purbolinggo dan kemudian diangkat menjadi Tumenggung selama
25 tahun, oleh Belanda diusulkan menjadi Bupati Banjar ( Banjar
Watulembu). Setelah mendapat ijin, maka berdasarkan Resolutie Governeur
General Buitenzorg tanggal 22 Agustus 1831 Nomor I, maka Raden
Tumenggung Dipoyudho IV resmi menjabat Bupati Banjar Watulembu. Isi dari
resolusi itu antara lain dibentuknya 4 Kabupaten baru selain Banyumas,
yang sebelumnya menjadi bagian dari Kabupaten Banyumas.
Keempat
Kabupaten itu antara lain : Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten
Purbalingga, Kabupaten Ajibarang dan Kabupaten Majenang (sekarang
Ajibarang kembali masuk ke Banyumas dan Majenang ikut Cilacap)
Beberapa
saat setelah pengangkatannya, Raden Tumenggung Dipoyudho IV meminta
ijin kepada Paku Buwana VII di Kasunanan Surakarta untuk memindahkan
kota kabupaten ke sebelah selatan Sungai Serayu. Setelah permintaan
tersebut dikabulkan, maka dimulailah pembangunan kota kabupaten yang
semula berupa daerah persawahan.
Untuk mengenang asal mulai Kota
Kabupaten baru yang berupa persawahan dan telah dibangun menjadi kota,
oleh Raden Tumenggung Dipoyudho IV, Kabupaten Baru tersebut diberi nama
“BANJARNEGARA” (mempunyai maksud Sawah=Banjar, berubah menjadi
kota=negara ) sampai sekarang. Setelah segala sesuatu siap, Raden
Tumenggung Dipoyudo IV sebagai Bupati beserta semua pegawai Kabupaten
pindah dari Banjar Watulembu ke kota yang baru Banjarnegara.
Dikarenakan
pada saat pengangkatannya status Kabupaten Bajar Watulembu yang
terdahulu telah dihapus, maka Raden Tumenggung Dipoyudho IV dikenal
sebagai Bupati Banjarnegara I (Pertama). Peristiwa Pengangkatan Raden
Tumenggung Dipoyudho IV pada tanggal 22 Agustus 1831 sebagai Bupati
Banjarnegara inilah yang dijadikan dasar untuk menetapkan Hari Jadi
Kabupaten Banjarnegara, yaitu dengan Keputusan Hari Jadi Kabupaten
Banjarnegara tanggal 1 Juli 1981 dan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah
Tingkat II Banjarnegara Nomor 3 Tahun 1994 Tentang Hari Jadi Kabupaten
Banjarnegara.
(yovi / berbagai sumber)
sejarah banjarnegara bagusss
BalasHapus